Rabu, 12 Juli 2017
Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama Terhadap Penyesuaian Diri Siswa SMK di Tempat Prakerin
Setiap
siswa lulusan SMK dituntut untuk mempunyai keahlian atau ketrampilan dan siap
bekerja. Karena pada dasarnya siswa SMK disiapkan untuk siap kerja setelah
mereka lulus. Sehingga upaya- upaya telah dilakukan pihak sekolah maupun
pemerintah. lulus Ujian Nasional, siswa SMK dinyatakan lulus jika mereka telah
melaksanakan Prakerin ( Praktik Kerja Industri).
Prakerin
(Praktik Kerja Industri) merupakan suatu kegiatan pendidikan, pelatihan dan
pembelajaran yang dilaksanakan di dunia usaha dan ilmu industri yang relvan
dengan kompetensi keahlian siswa dibidangnya. Dalam hal ini prakerin
dilaksanakan melalui prosedur tertentu bagi siswa, yang bertujuan untuk
memberikan pengalaman dan pengenalan dunia kerja. Sehingga diharapkan dalam
dunia usaha maupun industri ketika mereka lulus.
Meskipun
demikian, sesuai penelitian yang telah dilakukan oleh Ayu Tri Nur Wahyuni tahun
2012, pelaksanaan Prakerin tidak luput dari masalah dan kendala yang didapati
oleh industrui dilapanagan antara lain; 1) disiplin ilmu yang tidak sesuai, 2)
adanya kesulitan dalam penyesuaian diri oleh siswa Prakerin, dan 3) kurangnya
monitoring dari pihak sekolah yang relative kurang.
Penelitian
sebelumnya yang berjudul “ Upaya
Meningkatkan kemampuan Penyesuaian Diri Remaja Melalui Layanan Bimbingan
Kelompok Pada Kelayan Panti Bina Remaja Wira Adi Karya Ungaran tahun 2010” menunjukan
bahwa tingkat kemampuan penyesuaian diri kelayan sebelum mendapatkan layanan
bimbingan kelompok berada pada kategori cukup, dan setelah mendapatkan layanan
bimbingan kelompok kemampuan penyesuaian diri kelayan meningkat berada pada
kategori tinggi. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
penyesuaian diri dari kelayan dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan
kelompok (Kusdiarti, 2010).
Penelitian
yang dilakukan oleh Achlis Nufuad tentang meningkatkan penyesuaian diri
terhadap lingkungan sekolah melalui layanann bimbingan kelompok pada siswa
kelas VIII B SMP 2 Juana tahun
2012/2013, dapat diketahui bahwa secara empiris ada peningkatan penyesuaian
diri terhadap lingkungan sekolah dengan peningkan sebesar 10,54% yang meliputi
aspek penyesuaian diri secara positif dan penyesuaian diri secara negatif
(Nufuad Achlis, 2013)
Dari
permasalahan diatas adapun permasalahan utama bagi siswa adalah kesulitan dalam
penyesuain diri di tempat praktik. Penyesuaian diri adalah suaatu upaya yang
dilakukan oleh seorang individu yang bertujuan untuk mengubah dirinya agar
sesui dengan lingkungan yang baru ditempatinya. “ Penyesuaian diri merupakan
proses bagaiaman individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan
sesuai lingkungan” (Sunarto dan Agung, 2002:222). Penyesuaian diri memiliki
peranan penting bagi individu termasuk didalamnya kenyamanan dalam dunia kerja.
Berdasarkan
hasil wawancara dengan konselor di SMK Negeri 1 Rembang diperoleh hasil bahwa,
sebagian besar siswa Prakerin yang duduk di Kelas XI yang berjumlah 11 kelas,
diketahui secara keseluruhan setiap kelas terdapat siswa yang penyesuaian
dirinya kurang. Misalnya, di kelas XI TKJ B terdapat 4 siswa yang tingkat
penyesuaian dirinya kurang. Fenomena tersebut didukung oleh wawancara peneliti
dengan beberapa siswa kelas XI SMK 1 Rembang yang melakukan prakeri yang
mendapatkan hasil, bahwa beberapa siswa kurang begitu mengerti tugas mereka di
lapangan. Kurang memahami karakter pemilik tempat prakerin, dan pada siswa
Prakerin di tempat yang jauh mereka cenderung ingin pulang. Fenomena tersebut
juga ditunjang oleh data yang diperoleh dalam bentuk media cetak yaitu hasil need
asessment yang berupa angket, berdasarkan data tersebut dijelaskan bahwa
permasalahan secara umum yang dialami siswa di sekolah adalah masalah pada
bidang pribadi dan sosial. Sesuai dengan isu yang merebak diatas mengenai
rendahnya tingkat penyesuaian diri siswa di lingkungan praktik, apabila hal
tersebut tidak segera ditangani kebutuhan siswa dalam bidang pribadi, belajar,
sosial dan karir akan terhambat dan mengakibatkan kurang optimalnya hasil
belajar, dikarenakan lingkungan praktik juga sangat penting bagi mereka Apabila
seorang siswa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan praktik, maka siswa tersebut kemungkinan
besar mendapatkan pengalaman yang memuaskan, dan juga sebaliknya.
Keterkaitan dengan
penelitian dan permasalahan diatas yang menyebutkan bahwa masalah penyesuaian
diri dapat ditingkatkan dengan beberapa layanan bimbingan konseling. Penanganan
permasalahan siswa termasuk didalamnya penyesuaian diri upaya- upaya yang dapat
dilakukan guru BK adalah memberikan layanan bimbingan dan konseling, salah satu
layanan bimbingan konseling ialah bimbingan kelompok,. Bimbingan dilakukan oleh
tenaga ahli. Karakteristik anggota daribimbingan kelompok bersifat heterogen
dan homogeny, dilihat dari bentuk kegiatan bimbingan kelompok lebih bersifat
instruksional. Pembahasan dalam bimbingan kelompok terdiri dari dua topik,
yaitu topik tugas, yang berasal dari pemimpin kelomok dan topic bebas, yang
merupakan kesepakatan dari anggota kelompok. Suasan interaksi daam bimbingan
kelompok berupa interaksi multiarah, aktif bermakna intelektual,pencerahan dan
pendalaman. Fungsi layanan bimbingan kelompok lebih kepada pengembangan,
pencegahana dan pemahaman.
a. Manfaat
Bimbingan Kelompok
M. Surya dan Rochman Natawijaya ( dalam
Rusmana, 2009: 13) mengatakan ada beberapa manfaat diselenggarakanya bimbingan
kelompok, yakni sebagai berikut:
1) Bimbingan kelompok dapat memeberikan pengaruh
yang positi kepada anggota kelompok
lain.
2) Bimbingan kelomok merupakan usaha untuk
mempersiapakan individu akan mendapat layanan konseling.
3) Anggota kelompok mendapat kesempatan untuk
menyegarkan watak/ pikiran.
4) Anggota
kelompompok dapat saling bertukar pengalaman dengan anggota lain.
b. Teknik-
Teknik bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok
memiliki sifat beragam , mulai dari sifat informative samapai pada yang
terapeutik. Sedangkan dalam prakteknya, bimbingan kelompok dapat dilakukan
melaui berbagai teknik seperti diskusi, simulasi, latihan, karyawisata, homeroom progam, sosiodrama, psikodrama,
dan ekspositoris.
Teknik Sosiodrama yaitu
teknik yang digunakan untuk mengekpresikan berbagai jenis perasaan yang menekan
( perasaan perasaan negative) melalui suasana yang didramatisasikan sedemikian
rupa sehingga konseli dapat secara bebas mengungkapakan dirinya sendiri secara
lisan, tulisan ataupun melalui gerakan- gerakan dramatis.
c. Tahap
bimbingan kelompok
Bimbingan kelompok berlangsung melalui
empat tahap. Menurut (Prayitno, 1995:44-60) tahap-tahap bimbingan kelompok
adalah sebagai berikut:
1) Tahap
Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan,
tahap pelibatan diri atau tahap memasukkakan diri kedalam kehidupan suatu
kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri
dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan masing-masing anggota.
Pemimpin kelompok menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan bimbingan
kelompok. Selanjutnya pemimpin kelompok mengadakan permainan untuk mengakrabkan
masing-masing anggota sehingga menunjukkan sikap hangat, tulus dan penuh
empati..
2) Tahap
Peralihan
Sebelum melangkah lebih lanjut ke tahap
kegiatan kelompok yang sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan
dilakukan oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan lebih lanjut dalam kegiatan
kelompok. Pemimpin kelompok menjelaskan peranan anggota kelompok dalam
kegiatan, kemudian menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap
menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya. Dalam tahap ini pemimpin kelompok
mampu menerima suasana yang ada segera. sabar dan terbuka. Tahap kedua
merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Dalam hal ini pemimpin
kelompok membawa para anggota meniti jembatan tersebut dengan selamat. Bila
perlu, beberapa hal pokok yang telah diuraikan pada tahap pertama seperti
tujuan dan asas-asas kegiatan kelompok ditegaskan dan dimantapkan kembali,
sehingga anggota kelompok telah siap melaksankan tahap bimbingan kelompok
selanjutnya.
3) Tahap
kegiatan
Tahap ini merupakan kehidupan yang
sebenarnya dari kelompok. Namun, kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini
amat tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya. Jika dua tahap sebelumnya
berhasil dengan baik, maka tahap ketiga itu akan berhasil dengan lancar.
Pemimpin kelompok dapat lebih santai dan membiarkan para anggota sendiri yang
melakukan kegiatan tanpa banyak campur tangan dari pemimpin kelompok. Di sini
prinsip tut wuri handayani dapat diterapkan. Tahap kegiatan ini
merupakan tahap inti dimana masing-masing anggota kelompok saling berinteraksi
memberikan tanggapan dan lain sebagainya yang menunjukkan hidupnya kegiatan
bimbingan kelompok yang pada akhirnya membawa kearah bimbingan kelompok sesuai
tujuan yang diharapkan.
4) Tahap
Pengakhiran
Pada tahap ini merupakan tahap
berhentinya kegiatan. Dalam pengakhiran ini terdapat kesepakatan kelompok
apakah kelompok akan melanjutkan kegiatan dan bertemu kembali serta berapa kali
kelompok itu bertemu. Dengan kata lain kelompok yang menetapkan sendiri kapan
kelompok itu akan melakukan kegiatan. Dapat disebutkan kegiatan-kegiatan yang
perlu dilakukan pada tahap ini adalah:
a) Penyampaian pengakhiran kegiatan oleh
pemimpin kelompok
b) Pengungkapan kesan-kesan dari anggota
kelompok
c) Penyampaian tanggapan-tanggapan dari
masing-masing anggota kelompok
d) Pembahasan kegiatan lanjutan
e) Penutup
Bimbingan
kelompok sangat efektif digunakan dalam format kelompok, bimbingan kelompok
sendiri memiliki banyak teknik salah satunya sosiodrama, melalui sosiodrama
siswa dilatih untuk mengenal situasi sosial yang ada di lingkungannya yang
disajikan dalam bentuk drama. Sehingga Bimbingan kelompok dengan Teknik
Sosiodrama dirasa tepat dilakukan untuk meningkatkan penyesuain diri. melaui
layan tersebut siswa dapat melatih ketrampilanya dalam berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain dalam memecahkan suatu permasalahn sosial yang
disajikan dalam bentuk drama. Dengan pemberian layanan bimbingan kelompok
teknik sosiodrma diharapakan siswa dapat berlatih perilaku baru, belajar
menyesuaikan diri dengan situasi yang hampir sama dengan dunia kerja secara
nyata, belajar memecahkan permasalahan berdasarkan masukan maupun pengalaman
sebelumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azwar,
Saifuddin. 2005. Penyusunan Skala
Psikologi. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Desmita.
2009. Psikologi Perkembangan Peserta
Didik. Bandung: Remaja Rosda Karya
Fatimah,
Enung. 2006. Psikologi Perkembangan
(Perkembangan Peserta Didik). Bandung: Pustaka Setia.
Hadi,
Sutrisno. 2004. Statistik (Jilid 2). Yogyakarta: Andi Offset.
Nurfuad,
Achlis. 2013. Meningkatkan Penyesuaian
Diri Terhadap Lingkungan Sekolah Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa
Kelas VIII B SMPN 2 Juwana Tahun 2012/2013.Skripsi.Progam
Sarjana Universitas Negeri Semarang.
Prayitno.1995.
Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil).Ghalia
Indonesia.
Prayitno
dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta.
Rusmana,
Nandang. 2009. Bimbingan dan Konseling kelompok di Sekolah (Model, Teknik dan
Aplikasi). Bandung: RIZQI Press
Sugiono.
2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sunarto
dan Agung Hartono. 2002. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
https://www.google.co.id/imgresimgurl.diary-anak-magang.html